Paulus melanjutkan pembelaan dirinya sebagai seorang rasul dengan menceritakan sebuah penglihatan yang hebat tentang surga. Luar biasanya, Allah memberikan Paulus kekurangan dalam hal fisik agar dia tetap rendah hati. Ketika Paulus bersama orang-orang Korintus, dia membuktikan kerasulannya dengan menunjukkan perbuatan-perbuatan yang penuh kuasa. Dia tidak pernah mengambil apa pun dari mereka dan sekarang ketika dia datang untuk ketiga kalinya, dia tetap tidak mengambil apa pun. Paulus berharap ketika dia berkunjung, dia tidak perlu keras terhadap mereka. (Lihat:rc://id/tw/dict/bible/kt/heaven danrc://id/tw/dict/bible/kt/apostle)
Surga tingkat ketiga
Banyak sarjana Alkitab yang memercayai bahwa ini menunjuk kepada tempat tinggal Allah. Hal ini dikarenakan kitab suci menggunakan istilah "surga" untuk menunjuk langit (surga tingkat "pertama") dan alam semesta (surga tingkat "kedua").
Gaya bahasa penting dalam pasal ini
Pertanyaan retorik
Paulus menggunakan banyak pertanyaan retorik untuk membela dirinya terhadap tuduhan para musuhnya: "Karena bagaimana kamu menjadi kurang penting dibanding gereja yang lain, kalau saja aku tidak menjadi beban bagi kamu?" "Adakah Titus mengambil untung dari kamu? Apakah kita tidak berjalan di jalan yang sama? Apakah langkah kita tidak sama?" dan "Apakah kamu berpikir selama ini kita telah melakukan pembelaan diri kita demi kamu?" (Lihat: rc://id/ta/man/translate/figs-rquestion)
Gaya Bahasa Sindirian Kasar
Paulus menggunakan gaya bahasa sindiran yang kasar untuk mengingatkan mereka bagaimana dia sudah menolong mereka tanpa meminta balasan. Dia berkata, "Maafkan aku untuk kesalahan ini!" Dia juga menggunakan gaya bahasa sindirian halus yang umum ketika berkata: "Tetapi karena aku licik, aku adalah orang yang menjerat kamu dengan kebohongan" untuk memperlihatkan pembelaan dirinya terhadap tuduhan ini dengan menunjukkan betapa hal tersebut tidak benar. (Lihat: rc://id/ta/man/translate/figs-irony)
Beberapa kemungkinan kesulitan terjemahan dalam pasal ini
Paradoks
Paradoks adalah sebuah pernyataan yang nampaknya tidak masuk akal yang muncul untuk membantah pernyataan itu sendiri, walau sebenarnya itu masuk akal. Kalimat dalam 12:5 adalah sebuah paradoks: "Aku tidak akan menyombongkan apa pun selain kelemahan-kelemahanku." Banyak orang tidak sombong ketika sedang lemah. Kalimat di dalam pasal12:10 adalah sebuah paradoks: "Sebab jika aku lemah, maka aku kuat." Di 12:9 Paulus menjelaskan mengapa kedua pernyataan ini benar. (2 Korintus 12:5)